Ini Langkah yang Diambil Disbunnakkeswan Kampar, Agar Penyakit Ngorok Tidak Meluas

Ilustrasi

KAMPAR KIRI - Gejala mirip penyakit  Kerbau Ngorok ditemukan di Kelurahan Sungai Pagar Kecamatan Kampar Kiri Hilir. Penyakit diduga muncul karena banjir.

Banjir melanda beberapa wilayah Kampar sejak intensitas hujan tinggi. Terutama di sekitar aliran sungai yang meluap.

Dinas Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disbunnak Keswan) Kampar memberi penjelasan hubungan banjir dengan penyebaran penyakit ngorok tersebut.

Kepala Disbunnak Keswan Kampar, Ali Sabri melalui Kepala Bidang Kesehatan Hewan, drh. Deyus Herman mengatakan, banjir menggenangi padang rumput penyedia pakan alamai  Kerbau.

Padang rumput tersebar di areal perkebunan Kelapa Sawit milik warga dan koperasi. Sejak terendam banjir sampai surut dan menyisakan material lumpur di padang rumput,  Kerbau kehilangan sumber makanan.

"Selama terendam,  Kerbau ternak masyarakat kekurangan makanan," ujarnya, Sabtu (1/4/2023).

Kekurangan makanan menyebabkan imun tubuh  Kerbau menurun. Seperti diketahui, kata Deyus, Kampar merupakan daerah endemi penyakit ngorok atau Septicaemia Epizootia (SE).

"Saat imun tubuh menurun, maka penyakit-penyakit hewan seperti ngorok ini bisa muncul," ungkap Deyus. Bahkan menyebabkan kematian beberapa ekor  Kerbau.

Menurut Deyus, kepastian gejala mirip penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella Multocida Serotype itu masih menunggu hasil uji laboratorium. Petugas dari Balai Veteriner (BVet) sudah mengambil sampel.

Guna mencegah penyebaran yang lebih luas, pihaknya sudah melakukan beberapa langkah. Antara lain, mengisolasi  Kerbau begejala.

"Di tempat lain, radius sekitar temuan kasus sudah dilakukan vaksin terhadap hewan yang sehat," katanya. Masyarakat juga disosialisasikan tentang vaksinasi hewan ternak.

Menurut dia, selama ini kesadaran masyarakat untuk memvaksin hewan ternaknya masih rendah. Mestinya divaksin saat hewan masih sehat untuk mencegah terjangkit penyakit.

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait